Home » » Harmoni Senja

Harmoni Senja

Written By Unknown on Minggu, 19 Mei 2013 | 09.48

Suatu ketika sang malam berkata  kepada siang, ”siang betapa tidak adilnya waktu dan kehidupan kepadaku, coba lihatlah aku selalu menjadi tempat di mana setiap orang memanjatkan do’a dan harapan akan hadir nya dirimu. Lalu adakah yang menginginkan kehadiran ku, adakah yang berdo’a kepadamu untuk mendatangkan aku lebih cepat dari apa yang aku mampu. Rasanya tak pernah itu terjadi dan tak akan pernah mungkin…!”

Siang hanya terpaku dan berlalu hingga terang menyala. Sepanjang hari ia berpikir dan merenung hingga mentari merasakan gundah dalam hati sang siang. Cahaya hari itu kian terasa redup dari waktu ke waktu. Hingga malam datang dan mengganti keberadaannya,  semua tanpa suara dan begitu terasa hening. Dikala mentari menjemput sang siang dan membangunkannya dari tidur. Mentari berkata,”aku tak ingin melihat dunia ini layu hanya karena gundah di hatimu. Aku tak ingin cahayaku terasa beku di mata setiap orang yang bernyanyi di bawah terikku. Adakah ayang mampu merubah ini kembali seperti sediakala dimana semua baik-baik saja?”
Siang  pun berkata,”aku ingin menjadi malam..!”
Betapa terkejutnya sang mentari mendengarnya, kembali mentari bertanya, ”Apa yang menjadikan keinginanmu itu ada?”
Sang siang pun menuturkan lewat ceritanya bahwa ia ingin merasakan kesedihan sang malam yang terlupakan oleh setiap orang.
 Mentaripun ikut merasakan apa yang dimaksudkan oleh sang siang.
Lalu di dalam keheningan kedua berlalu dan tiba sang malam dengan bahasa yang sepi menyelimuti dunia dalam tangis yang memilukan. Bersenandung dalam semilir angin, seakan berbisik  “Aku adalah waktu yang selalu terlupakan…!”

Pagi tiba seperti seharusnya, dan siang mulai kembali berpikir untuk membuat semua keadaan ini segerah membaik.
Lalu Siang berkata kepada sang mentari, ”Wahai mentari aku memohon kepadamu atas rasa sepi dan nyanyian pilu dari sang malam agar engkau bersedia membagi sinarmu teruntuk sang malam.!”
lalu mentari menjawab,”Andai saja bisa tak akan ku bedakan satu diantara kalian, tapi sayang itu di luar kemampuan ku..!”
lalu siang berkata,”Jadikan dan ciptakan saja sebuag benda yang mampu engkau titipkan cahayamu, lalu sisahkan terikmu untuk menghiasi sang malam, walau tak seterang apa yang engkau berikan kepadaku. Tapi setidaknya mampu menghibur sang malam yang selalu bersedih..!
Sang mentari sejenak berpikir,lalu dia berkata, ”baiklah akan ku ciptakan bintang-bintang untuk ku gantungkan di atas langit sang malam hingga seperti lampu-lampu yang berkelip untuk mewarnai dunia sang malam, lalu akan ku cerminkan cahayaku pada sang rembulan untuk memberikan rasa rindu di hati setiap orang akan perhitungan waktu kebersamaan di antara kita.”

Maka, semenjak itulah setiap kali malam tiba, hadir dan terciptalah bintang dan rembulan yang senan tiasa menhiasi langit sang malam.
Sang malam yang begitu bahagia melihat langitnya bertatahkan bintang-bintang dan berhias sang rembulan, kemudian dia meniupkan lirik-lirik yang tertitipkan pada angin mengajak setiap orang untuk benyanyi di bawah langitnya.
Untuk rasa terima kasih sang malam kepada mentari dan siang,sang malam selalu meninggalkan air mata bahagianya lewat embun yang mampu sejukan dunia dan mampu semikan bunga-bunga hingga dunia kian menjadi indah dalam warna dan wangi yang selalu semerbak  hiingga malam kembali ada.
Sebagai bentuk harmoni diantara siang dan malam maka di jadikanlah titik senja dalam ronanya yang indah. Sebentuk perwakilan dan gambaran serta penuturan keduanya akan waktu yang telah dan akan tercipta.
Begitulah semua berulang dan berawal tercipta, hingga saat ini ada.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Parasenja - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger