Siang hanya terpaku dan berlalu hingga terang menyala. Sepanjang
hari ia berpikir dan merenung hingga mentari merasakan gundah dalam hati sang
siang. Cahaya hari itu kian terasa redup dari waktu ke waktu. Hingga malam datang
dan mengganti keberadaannya, semua tanpa
suara dan begitu terasa hening. Dikala mentari menjemput sang siang dan
membangunkannya dari tidur. Mentari berkata,”aku tak ingin melihat dunia ini
layu hanya karena gundah di hatimu. Aku tak ingin cahayaku terasa beku di mata
setiap orang yang bernyanyi di bawah terikku. Adakah ayang mampu merubah ini
kembali seperti sediakala dimana semua baik-baik saja?”
Siang pun berkata,”aku
ingin menjadi malam..!”
Betapa terkejutnya sang mentari mendengarnya, kembali mentari bertanya, ”Apa
yang menjadikan keinginanmu itu ada?”
Sang siang pun menuturkan lewat ceritanya bahwa ia ingin merasakan kesedihan
sang malam yang terlupakan oleh setiap orang.
Mentaripun ikut merasakan apa yang
dimaksudkan oleh sang siang.
Lalu di dalam keheningan kedua berlalu dan tiba sang malam dengan bahasa yang
sepi menyelimuti dunia dalam tangis yang memilukan. Bersenandung dalam semilir
angin, seakan berbisik “Aku adalah waktu
yang selalu terlupakan…!”
Pagi tiba seperti seharusnya, dan siang mulai kembali
berpikir untuk membuat semua keadaan ini segerah membaik.
Lalu Siang berkata kepada sang mentari, ”Wahai mentari aku memohon kepadamu
atas rasa sepi dan nyanyian pilu dari sang malam agar engkau bersedia membagi
sinarmu teruntuk sang malam.!”
lalu mentari menjawab,”Andai saja bisa tak akan ku bedakan satu diantara
kalian, tapi sayang itu di luar kemampuan ku..!”
lalu siang berkata,”Jadikan dan ciptakan saja sebuag benda yang mampu engkau
titipkan cahayamu, lalu sisahkan terikmu untuk menghiasi sang malam, walau tak
seterang apa yang engkau berikan kepadaku. Tapi setidaknya mampu menghibur sang
malam yang selalu bersedih..!
Sang mentari sejenak berpikir,lalu dia berkata, ”baiklah akan ku ciptakan
bintang-bintang untuk ku gantungkan di atas langit sang malam hingga seperti
lampu-lampu yang berkelip untuk mewarnai dunia sang malam, lalu akan ku
cerminkan cahayaku pada sang rembulan untuk memberikan rasa rindu di hati
setiap orang akan perhitungan waktu kebersamaan di antara kita.”
Maka, semenjak itulah setiap kali malam tiba, hadir dan
terciptalah bintang dan rembulan yang senan tiasa menhiasi langit sang malam.
Sang malam yang begitu bahagia melihat langitnya bertatahkan bintang-bintang
dan berhias sang rembulan, kemudian dia meniupkan lirik-lirik yang tertitipkan
pada angin mengajak setiap orang untuk benyanyi di bawah langitnya.
Untuk rasa terima kasih sang malam kepada mentari dan
siang,sang malam selalu meninggalkan air mata bahagianya lewat embun yang mampu
sejukan dunia dan mampu semikan bunga-bunga hingga dunia kian menjadi indah
dalam warna dan wangi yang selalu semerbak
hiingga malam kembali ada.
Sebagai bentuk harmoni diantara siang dan malam maka di jadikanlah titik senja
dalam ronanya yang indah. Sebentuk perwakilan dan gambaran serta penuturan
keduanya akan waktu yang telah dan akan tercipta.
Begitulah semua berulang dan berawal tercipta, hingga saat ini ada.
0 komentar:
Posting Komentar