Pernahkan kita berpikir telah seberapa jauh kita melangkah,
bermula dari dekapan sang bunda hingga kini menghilang dari pandangannya.
Pernahkan kita menghitung sudah berapa lama kita bertualang dalam permainan
sang waktu, bermula dari wajah lucu yang lemah, hingga kini kita berlari
meninggalkan masa lalu yang usang. Lalu pernakah kita mencoba menuliskan setiap
kesalahan yang pernah kita lakukan demi menciptakan hari yang lebih cerah dari
hari kemarin, hari kemarin lusa, dan hari sebelum itu, serta hari-hari yang
dahulu yang mengantarkan kita pada hari ini.
Pernahkan kita bertanya pada sang waktu, kapan akhir dari
perjalanan yang sungguh membingungkan ini. Lalu di manakah tempat peraduan yang
mampu menahan berat tubuh yang mulai rentah termakan usia. Detik-detik terus
memperbaharui diri, jam demi jam pun mulai bergeser, hari-hari kian berlalu,
bulan, tahun, abad dan masa telah berubah. Menjadikan yang kecil menjadi besar,
yang muda menjadi dewasa, dewasa menjadi tua, dan menjadikan setiap yang hidup
menjadi mati. Hal yang baru mulai berdatangan, budaya lama mulai terlupakan.
Zaman semakin asing di depan mata, warna dan kemegahan kian merobek syair senandung
kedamaian dalam naluri setiap hati. Kini tak lagi terdengar kicau dan desir angin
yang akan membawa pada imajinasi dalam dimensi hati. Melupakan riuh dan pengap
atas debu dan perih kehidupan.
Pernahkan kita berpikir bahwa hidup kian hari semakin surut
akan makna, hari-hari yang dahulu tempat berlari dan bernyanyi, kini tak lagi
kita temui. Bahagia dan senyuman polos tanpa pamrih tanpa kekangan hidup itu kian tak pernah terlihat. Kekakuan
dan keangkuhan telah meraja dalam hati setiap manusia. Hingga tak ada lagi rasa
perduli dan untaian rasa kasih yang murni di hati. Andaikan saja kita berhenti
untuk melangkah, untuk beberapa detik mencoba memejamkan mata, mengganti apa
yang ada di depan mata dengan semua hal yang tergambar di hati. Mencoba bicara
dengan bahasa alam yang akan menjadi tempat kita kembali. Membayangkan dan
memahami setiap bisikan angin dan menuliskan irama yang tersampaikan lewat rasa
damai dalam relung jiwa.
Tak ada yang mampu tenangkan jiwa dan hati seperti alam
meberikannya kepada kita. Menyelaraskan diri dengan alam dan mencoba bersahabat
demi dekat untuk sebuah kekuatan diri yang mampu jadikan apa yang tak pernah
tertera oleh bahasa manusia itu menjadi erat dengan keyakinan akan
pencipta-NYA. Mengembalikan diri pada
apa yang akan menjadi tempat bermula dan kembalinya diri kita. Untuk itu, mulailah untuk menyadari
keberadaan diri dalam bagian alam.
0 komentar:
Posting Komentar